Sejarah TOFI 2005

Tanggal 2 Juli 2005 jam 19.00 teman-teman kalian Andika Putra (SMA Sutomo I Medan), Ali Sucipto (SMA Xaverius 1 Palembang), Purnawirman (SMAN 1 Pekanbaru), Ario Prabowo (SMA Taruna Nusantara Magelang) dan Michael Ardian (SMA Regina Pacis Bogor) sudah berada di pesawat KLM, siap berangkat ke Salamanca Spanyol untuk mengikuti Olimpiade Fisika Internasional (OFI) ke XXXVI tanggal 3-12 Juli 2005. “Ehm… Spanyol wah pasti asyik nih….” “Spanyol negaranya Real Madrid, Barcelona, Raul Gonzales wah… pasti bagus…” “Pokoknya di Spanyol aku harus jadi juara… aku ingin tunjukkan bahwa orang Indonesia itu mampu” Begitulah pikiran teman-teman kalian selama perjalanan lebih dari 15 jam ke Spanyol ini.
Mendarat di Barajas Airport, Madrid ibukota Spanyol, TOFI (Tim Olimpiade Fisika Indonesia) disambut ramah oleh panitia dan dibawa langsung ke Salamanca, tempat berlangsungnya OFI 2005. Salamanca adalah kota kuno, letaknya kira-kira 200 km sebelah utara Madrid. Pada jaman Romawi kuno, kota ini menjadi bagian kerajaan Romawi. Dari orang Romawi, kota ini kemudian jatuh berturut-turut ketangan Hanibal dan Arab, namun sekitar abad ke-11, raja Spanyol Alfonso VI merebut kota ini kembali. Kota Salamanca yang bersih nan cantik ini mempunyai banyak bangunan dan katedral kuno abad ke XII yang bernuansa Gothic, Roman dan Arab. Bangunan-bangunan kuno ini terbuat dari batu pasir kuning yang berkilau ke kuning-kuningan ketika kena sinar matahari, sangat menarik. Itu sebabnya kota ini dijuluki “La Dorada” atau kota emas. Kota ini juga sering dijuluki “the land of the bull” karena banyaknya ditemukan banteng-banteng terbaik untuk diadu.
Tiba di Salamanca, teman-teman kita ditempatkan di asrama mahasiswa Universitas Salamanca, universitas kuno yang didirikan oleh Raja Alfonso IX pada tahun 1200. Setelah istirahat sejenak, keesokan harinya, tanggal 4 Juli, teman-teman kita bersama 340 pelajar terbaik dari 72 negara berkumpul di Congress Palace untuk mengikuti upacara pembukaan. Symphony Orchestra Capilla Clasica de Madrid mengawali upacara pembukaan dilanjutkan dengan Don Quixote Overture- Telemann dan suara sopran Rosa Maria de Segovia yang sangat indah. Olimpiade dibuka oleh Menteri Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Spanyol. Setelah lagu Gaudeamus Igitur, acara ditutup dan semua peserta dibawa melihat-lihat Plaza Mayor dan sekitarnya yang penuh dengan bangunan-bangunan berciri Barok. Sangat terasa suasana abad pertengahan. Plaza Mayor ini adalah alun-alun terbaik di Spanyol dan sangat ramai dengan turis.
Tanggal 5 juli jam 09.00 pagi dengan hati mantap, penuh percaya diri teman-temanmu ini telah berkumpul di Fakultas Hukum Universitas Salamanca untuk mengikuti test fisika teori. Soal pertama tentang perubahan orbit satelit akibat salah menembakkan semburan gas. Soal kedua tentang penentuan ukuran hambatan listrik dan arus listrik standar memakai metode hukum Faraday. Sedangkan soal ketiga merupakan hasil penelitian eksperimen terbaru para fisikawan Perancis tentang kuantisasi gerak neutron dalam medan gravitasi. Andika dan Ali berhasil menyelesaikan soal-soal ini selama hampir 4 jam, yang lainnya selesai hampir 5 jam.
Juri memberi nilai Andika Putra 29,6 poin (98,7 %) dari maksimum 30 poin, meleset sedikit akibat kesalahan tanda ketidakpastian Heisenberg. Luar biasa temanmu satu ini. Ali Sucipto 26,3 poin, Purnawirman 22,3 poin, Michael Ardian 17,3 poin dan Aryo Prabowo 17,2 poin. Melihat hasil ini, Andika dan Ali optimis tetapi siswa yang lain mulai tidak yakin. “Masih adakah peluang mendapat medali?”
Selesai test teman-temanmu di bawa jalan-jalan ke La Alberca dan malamnya melihat Flamenco Dancing. Tarian indah dari gadis-gadis spanyol menghilangkan rasa bete dan kecewa akibat test. Menurut sobat-sobatmu, gadis Spanyol hampir semuanya cantik-cantik, menarik, berpakaian modis sangat enak dipandang mata. Caileee….
Keesokan harinya semua peserta Olimpiade diajak mengunjungi Segovia dan Istana Musim Panas raja-raja Spanyol La Granja. Sesuai dengan namanya yang artinya kemenangan diatas gunung, Segovia terletak di atas bukit yang cukup tinggi. Disana terdapat banyak bangunan kuno seperti istana Al-Cazar tempat tinggal raja-raja Spanyol jaman dulu yang sering dipakai Walt Disney untuk menggambarkan karakter kerajaan seperti Cinderella. Tembok tebal yang mengelilingi sekitar kompleks bangunan ini membuat kota aman dari serangan musuh. Di La Granja selain bagian dalam istana juga ada taman-taman indah dengan air mancur yang cantik dan tinggi sekali semburannya.
Tanggal 7 juli pagi-pagi para peserta telah siap ditempat test. Kali ini selama 5 jam, mereka akan diuji dengan soal eksperimen yang dibuat secara khusus untuk memperingati karya-karya besar Einstein 100 tahun yang lalu. Menurut Einstein cahaya terdiri dari partikel-partikel yang disebut foton dengan energi sebesar E = h.f dimana f adalah frekuensi cahaya tersebut dan h adalah konstanta Planck. Nah dalam dalam eksperimen ini teman-temanmu diminta untuk menghitung besarnya h melalui serangkaian percobaan dengan lampu pijar, Light Dependent Resistance, larutan tembaga sulfat, filter dan beberapa alat ukur listrik. Eksperimennya asyik dan seru…. tidak sukar tapi butuh ketelitian yang tinggi sekali.
Selesai eksperimen para siswa kita lebih gembira. Mudah-mudahan bisa dapat medali. Sambil nunggu penilaian juri, teman-temanmu diajak untuk mengikuti kuliah Professor Anthony J. Legget, peraih nobel fisika, mengunjungi pusat teknologi dan mengunjungi Ciudad Rodrigo yang mempunyai kolam renang bagus. Gadis-gadis cantik dengan pakaian renang model Eropa membuat para peserta betah ditempat ini. Nah loh….
Menunggu adalah pekerjaan yang membosankan. Semalaman siswa kita menunggu. “Dapat apa yah….” Mereka mulai menghitung-hitung… “Bisa dapat emas nggak yah…” “Apakah saya masuk 6 % siswa yang dapat emas? 12 % perak atau 18 % perunggu?”. Yang dag dig dug bukan siswanya saja tetapi pimpinan tim juga.
Pagi hari tanggal 9 Juli juri mengumumkan bahwa nilai Andika 48,3 poin, Ali 45,6 poin, Purnawirman 39,2 poin, Michael 33,2 poin dan Aryo 32,6 poin dari maksimum 50 poin. Juri juga mengumumkan bahwa batas bawah medali emas adalah 45 poin artinya 6 % siswa mendapat nilai diatas 45. Batas bawah Perak 41, perunggu 32 dan honorable mention 21! Berarti…. Indonesia dapat 2 emas, 2 perunggu dan 1 honorable mention. Waduuh senangnya… hati sangat terharu…. Ternyata siswa Indonesia tidak kalah dengan siswa negara lain.
Hasil penilaian juri masih bisa diprotes kalau dalam penilaian juri melakukan kesalahan. Melalui proses moderasi, Ali mendapat tambahan 1 poin menjadi 46,6 poin, Purnawirman menjadi 40,1 poin tapi tidak bisa mendapat perak dan Aryo menjadi 33,4 dan mendapat perunggu. Berarti semua siswa kita pulang membawa medali. Andika termasuk 7 besar dunia, hanya terpaut 1,2 poin dari peringkat pertama. Luar biasa.
Rasa haru menyelimuti rombongan tim Indonesia ketika satu persatu anggota tim Indonesia dikalungi medali… Tanpa terasa air mata menitik. Membanggakan dan mengharukan sekali…Apalagi hasil tim Indonesia ini lebih baik dari hasil yang dicapai tim Amerika Serikat, Australia, Korea, Inggris dan Jerman.
Tanggal 11 Juli rombongan dijemput staf KBRI menuju Madrid dan dijamu makan enak oleh Duta besar Indonesia untuk spanyol Bapak Rachmat Ranudiwijaya. Nyam nyam nyam. Setelah itu diajak melihat kota Madrid dan mengunjungi stadion Estadio Santiago Bernabeau, kandangnya Real Madrid yang merupakan klub sepakbola favorit teman-temanmu ini. Keesokan harinya rombongan kembali ke Indonesia membawa sejuta kenangan indah…… Ternyata siswa Indonesia memang mampu….Adios Espana and Welcome to Singapore 2006 tuan rumah IPhO XXXVII.
(Yohanes Surya ).
Beberapa hal menarik dari olimpiade di Spanyol:
1. Dari jumlah medali emas perolehan medali emas di dominasi oleh negara-negara Asia disusul negara eropa timur + rusia. Negara eropa barat termasuk Amerika makin lama makin turun prestasinya. Menurut para pimpinan tim dari eropa barat, hal ini disebabkan karena minat siswa mereka pada fisika makin lama makin kecil. Mereka sangat takut kehilangan siswa. Yang menang medali (emas, perak, atau perunggu) jarang yang mau masuk fisika. Saking tidak adanya murid pintar yang berminat, mereka asal comot saja siswa untuk olimpiade (di Macedonia, siswa yang mampu membayar sendiri boleh ikut). Sebaliknya di Asia terutama, China, Taiwan dan India minat masuk fisika cukup besar. Yang ikut seleksi olimpiade fisika bisa ratusan ribu orang jumlahnya.
2. Singapore menganggap sangat penting olimpiade fisika ini. Persiapan sebagai tuan rumah IPHO tahun 2006 terlihat sangat matang. Semua institusi bekerja sama, rapih sekali koordinasinya. Soal telah dibuat sejak 1 tahun yang lalu. Kelihatannya mereka mau besar-besaran menyelenggarakan olimpiade fisika ini. Menurut rencana mereka yang menang medali semuanya akan diberi beasiswa full di NTU atau NUS. Menurut salah seorang ofisial singapore, untuk mempersiapkan tim Singapore disamping dosen, mereka juga memanfaatkan mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang pernah meraih medali dan sedang kuliah di Singapore.
3. Kazakhtan yang akan jadi tuan rumah AphO 2006 mempersiapkan diri dengan serius sekali. Mereka benar-benar menaruh perhatian untuk anak-anak berbakat. Berbagai pertanyaan ditanyakan terutama tentang cara mempersiapkan anak untuk olimpiade. Mulai beberapa tahun terakhir ini, setiap tahun pemerintah Kazakhtan mengirim 3000 siswa berbakat (gifted children) ke luar negeri (Amerika, Eropa) untuk belajar sains dan teknologi. Seluruhnya dengan beasiswa pemerintah. Menurut Mrs Lyailla manager anak berbakat Kazakhtan, perhatian pemerintah mereka sangat besar. Ini untuk mempersiapkan pembangunan besar-besaran di Kazakhtan beberapa tahun mendatang.
4. Akan dibentuk pelatihan bersama olimpiade fisika negara-negara Asean di Indonesia. Biaya akan ditanggung oleh Asean Foundation. Mudah-mudahan ini dapat terlaksana. Kita patut berbangga karena diminta untuk melatih siswa-siswa Asean ini termasuk siswa Singapore, Thailand dan Vietnam.
5. Pemerintah Vietnam sedang menggalakan usaha mengajak lebih banyak putri-putrinya ke arah sains. Salah satu putrinya mendapat satu-satunya medali emas bagi vietnam dalam olimpiade fisika di Spanyol ini. Di Indonesia kita sedang membuat pemilihan putri sains yang didukung oleh Dikmenti Jakarta. Mudah-mudahan ini akan mendorong para putri Indonesia mencintai sains. Dan juga mudah-mudahan ini akan mengubah persepsi bahwa ilmuwan itu tidak cantik, berkacamata tebal, rambutnya awut-awutan dll.
Disamping Depdiknas, mereka yang membantu (memberi hadiah) TOFI 2005 adalah Telkomsel, Indosat dan Yayasan Tanoto (Sukanto Tanoto).
Pejuang Pahlawan Bangsa 2005:
1. Andika Putra, SMA Sutomo I Medan – emas/IPhO + emas/APhO
2. Ali Sucipto, SMA Xaverius 1 Palembang – emas/IPhO + emas/APhO
3. Purnawirman, SMAN 1 Pekanbaru – Perunggu/IPhO + emas/APhO
4. Michael Ardian, SMA Regina Pacis Bogor – perunggu/IPhO + emas/APhO
5. Ario Prabowo, SMA Taruna Nusantara Magelang – perunggu/IPhO + perunggu/APhO
6. Yongky Utama SMA Dian Harapan Tangerang – Perak/APhO
7. A. Syaifullah SMAN 17 Makasar – perunggu/APhO
8. Thomas Alfa Edison SMAN 3 Bandung – Perunggu/APhO
9. Charles Bernando SMAN 78 Jakarta – HM/APhO
10. Chris Nelson SMAN 3 Jambi
11. I.P Dwi Wibawa SMAN 1 Surakarta
12. Teguh Citra Asmara SMAN 1 Padang
Sie Doc