Juara APhO Keren kan….

Saat yang dinanti-nantikan itu akhirnya tiba juga. Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI) menjadi Juara Umum di Asian Physics Olimpiad (APhO) yang diadakan di Thailand 20-29 April 2003 kemarin.
6 Medali Emas, yang dipersembahkan oleh Widagdo Setiawan, Yudistira Virgus, Rangga Perdana Budoyo, Bernard Ricardo, Hani Nurbiantoro Santosa, dan Triwiyono Darsowyono, dan 2 Honourable Mentions (Yendi dan Muhammad Abdurrahman Attamimi) seakan menjadi hadiah manis bagi perjuangan mereka selama mengikuti pelatihan TOFI beberapa bulan terakhir. Semua jerih payah terbayar sudah. Rangga Perdana bahkan melengkapi hasil fantastis ini dengan sebuah Special Prize untuk Most Creative Solution in Experiment. Dominasi tim Indonesia diperkuat oleh Widagdo Setiawan yang membukukan nilai tertinggi dalam kompetisi fisika teori, dan Bernard Ricardo yang mencatat nilai tertinggi pula dalam kompetisi fisika eksperimen. Siapa sangka Indonesia bisa mengukir prestasi semacam ini?
Tunggu dulu, prestasi gila-gilaan ini bukannya datang dalam sekejap. Dalam keikutsertaannya yang pertama di ajang kompetisi fisika se-Asia ini, Indonesia sama sekali tidak mendapatkan medali emas. APhO I diselenggarakan di Karawaci, Indonesia, pada tanggal 24 April – 2 Mei 2000. Waktu itu tim kita yang dipersiapkan selama 5 bulan berhasil mendapatkan 1 medali perak, 2 medali perunggu, dan 1 honourable mentions. Pada ajang APhO II yang diselenggarakan di Taiwan TOFI membekali diri dengan lebih baik. Ini terbukti dari perolehan 1 medali emas, 1 medali perak, 1 medali perunggu, dan 3 honourable mentions. Nah, di sini tim kita mulai unjuk gigi. Selain emas, Rezy Pradipta juga menyumbangkan Special Prize Most Creative Solution in Theory. Tahun berikutnya di Singapura TOFI semakin menunjukkan kemampuannya. 1 medali emas, 5 perunggu, dan 1 honourable mentions mengunci Indonesia pada peringkat ke-3 dari 15 negara peserta. Selain itu Special Prize pun tetap disabet. Kali ini oleh Agustinus Peter Sahanggamu, yang selain menyumbangkan medali emas juga mendapatkan The Best Result at the Theoretical Competition. Dan akhirnya APhO IV di Bangkok, Thailand, berhasil mengejutkan dunia internasional dengan prestasi gemilang Einstein-Einstein muda Indonesia. Tidak pelak lagi, Indonesia bertengger di peringkat 1 dari 10 negara peserta.
Widagdo Setiawan dari SMUN 1 Denpasar, Bali, mengalahkan seluruh peserta dalam kompetisi teori dengan mencatat nilai 28 (maksimal 30). Total nilai yang diperolehnya, baik dari kompetisi teori dan eksperimen, mencapai 44,6 poin. Bernard Ricardo, siswa SMU Regina Pacis Bogor, mengumpulkan 19 poin (dari maksimal 20) dalam kompetisi fisika eksperimen. Ini suatu prestasi yang sangat menarik karena selama ini kelemahan tim Indonesia terletak pada fisika eksperimen. Ternyata dengan pelatihan yang cukup kelemahan itu dapat diperbaiki, bahkan sekarang bisa mendapatkan nilai tertinggi di kompetisi eksperimen. Suatu perjuangan yang patut diacungi jempol!
Satu lagi siswa yang juga mencatat prestasi mengagumkan, Rangga Perdana dari SMU Taruna Nusantara Magelang. Meskipun Rangga tidak mendapatkan poin tertinggi di fisika teori maupun eksperimen, ternyata caranya mengerjakan soal (di kompetisi fisika eksperimen) dianggap sangat menarik dan kreatif. Jadilah Rangga satu-satunya peserta dari Indonesia yang mendapatkan Special Prize yang bergengsi itu.
Jika kita memperhatikan lebih jauh lagi, tim Indonesia kali ini justru didominasi oleh anak-anak daerah. Tidak ada satu pun pelajar dari Ibukota Jakarta yang berhasil masuk dalam tim yang berhasil mencatat prestasi mencengangkan ini. Ini menunjukkan siswa-siswa di daerah pun mempunyai intelektual yang tidak bisa disepelekan. Hanya perlu digali dan dikembangkan untuk mencapai prestasi gilang-gemilang semacam ini.
Selamat untuk TOFI atas prestasi kali ini. Semoga keberhasilan ini dapat menjadi bekal yang cukup untuk bertanding di ajang kompetisi fisika dunia International Physics Olimpiad (IPhO) di Taiwan nanti. (Yohanes Surya, )
Kesan di Thailand.
Olimpiade Fisika Asia, wah angker banget… Fisika aja sudah bikin kelenger apalagi olimpiadenya wah pasti bikin teler nih…. Pasti orang yang ikut serius-serius dan tidak pernah ketawa… pokoknya manusia-manusianya nggak bisa diajak ha…ha… hi..hi…. Apa begitu?
Ternyata nggak tuh… Menurut pengakuan sohib-sohib kalian yang ikutan olimpiade fisika, olimpiade fisika itu menyenangkan sekali, orang-orang yang ikut menyenangkan, mereka mudah diajak bicara dan sepanjang olimpiade kebanyakan ketawanya kecuali waktu perpisahan…. menangis semua. Sampai-sampai waktu kita mau pulang, di airport terjadi hujan tangis antara para liason officer (para pemandu siswa) yang seluruhnya cewek-cewek thailand yang cantik-cantik dengan teman-teman kalian. Rupanya para cewek thailand ini tidak mau berpisah dengan anggota tim olimpiade fisika Indonesia yang pinter-pinter dan suka humor ini… Nah luh… Lebih-lebih tangisan seorang pemandu yang rupanya jatuh cinta dengan seorang anggota tim kita.
Disana itu acaranya tidak hanya test melulu. Testnya sendiri hanya 2 kali 5 jam. Sisanya tentu saja jalan-jalan, belajar kesenian Thailand termasuk belajar menari tarian Thailand, mengunjungi berbagai obyek wisata termasuk berbagai candi-candi kuno, lihat penangkaran buaya terbesar di dunia (ada 60.000 buaya), melihat berbagai atraksi yang bikin kagum seperti kepala dimasukkan kedalam mulut buaya, makan makanan khas Thailand, olahraga, berenang. Waah… pokoknya asyik deh…
Kesan-kesan tim lainnya juga menunjukkan bahwa olimpiade fisika asia sangat menyenangkan. Hujan tangis juga terjadi di Airport dan waktu pesta perpisahan (ternyata orang-orang pinter perasaannya halus banget….). Mereka seolah-olah tidak mau berpisah dengan teman-teman barunya. Tim Australia bilang walaupun kepanasan, olimpiade fisika sangat berkesan, mereka senang dapat teman baru, dan tidak bisa melupakan Thailand yang begitu kaya dengan budaya dan arsitek serta keramahan penduduknya. Tim Taiwan disamping terkesan dengan teman-teman barunya, juga terkesan pada makanannya, atraksi-atraksi yang menarik, dan patung Budha yang begitu indah. Tim Israel mengatakan bahwa Thailand sangat panas (“hot”) tetapi olimpiadenya sangat “cool”, ini merupakan dua sistem yang berada dalam satu tempat yang tidak melanggar hukum fisika termodinamika dua. Kirgistan, Laos dan Pakistan yang baru pertama kali ikut olimpiade fisika asia mengatakan, bahwa olimpiade fisika sangat berkesan, mereka senang melihat senyuman orang thailand, pagodanya dan keramahan para liason officernya. Vietnam yang akan menjadi tuan rumah tahun depan mengatakan bahwa mereka bingung gimana mengalahkan thailand dalam penyelenggaraan tahun depan. Mereka berjanji akan membuat olimpiade lebih menyenangkan dan akan dibuka langsung oleh presiden Vietnam.
(Yohanes Surya)