Membuat “Jubah Siluman”, Mungkinkah?

Alkisah, sebuah legenda Jepang bercerita tentang seorang pemuda yang memiliki mantel ajaib yang dapat membuatnya menghilang tak terlihat. Dengan jubah silumannya, pemuda itu mencuri makanan yang dijual para pedagang dan membuat suasana pasar panik karena orang-orang mengira mereka telah melihat hantu. Namun, muslihat itu tak berlangsung lama. Ketika hujan mulai turun, air yang merembes membuat mantel ajaib itu perlahan-lahan “luntur” sehingga jati diri si pemuda tamak tersebutpun ketahuan.
Kisah “siluman” seperti ini memang tak asing lagi dalam berbagai dongeng. Ide “menghilang” yang diusung selalu terkesan sihir dan bernuansa mistis. Kaum intelektual tentu saja menganggap gagasan “jubah siluman” ini tak lebih dari omong kosong belaka. Konsep invisible sudah jelas melanggar hukum fisika optik.
Namun siapa sangka, kini “jubah siluman” dapat dijelaskan dengan rasional. Rahasianya adalah penemuan“Metamateri”. Penemuan ini mendorong para ilmuwan merevisi kembali buku fisika optik para pendahulu mereka. Riset besar-besaran dilakukan di laboratorium, milyaran dolar dikucurkan, dan perhatian mediapun turut tersedot. Harapan mulai timbul, Apakah mungkin “siluman” dapat diciptakan lewat fisika?
Fenomena Siluman Ribuan Tahun
Gagasan “Siluman” tak kasat mata merupakan ide yang sudah sangat tua. Bahkan sudah ada sejak awal peradaban. Dalam legenda Yunani kuno, Perseus dapat mengalahkan membunuh pasukan roh jahat pimpinan Medusa setelah mengenakan helm yang dapat membuatnya tampil tak kasat mata. Ide ini bahkan masih disukai hingga sekarang, kaum militer mendambakannya karena mereka ingin menyusup kedaerah musuh tanpa terlihat.
“Siluman” tak hanya hadir dalam dongeng, tetapi juga filsafat. Dalam kisah “Cincin Gyges”, Plato bercerita tentang seorang gembala miskin yang jujur dari desa Gyges menemukan cincin dalam sebuah gua. Ketika mengenakannya, ia langsung memperoleh kesaktian untuk tampil invisible. Tak butuh waktu lama, gembala miskin yang terpengaruh kekuatan cincin ini menyelinap keistana dan membunuh sang Raja. Pelajaran moral yang ingin diberikan Plato adalah, manusia tidak akan tahan dengan godaan kekuasaan. Dan legenda inilah yang menginspirasi Tolkien menulis Trilogi The Lords of the Ring yang terkenal.
Selama berabad-abad, kesaktian “siluman” telah mewarnai berbagai cerita. Mulai dari roh jahat tak kasat mata dalam hikayat kuno, cincin yang dapat membuat pemakainya menghilang dalam kisah The Lord of the Rings, pelindung sihir yang membuat Harry Potter dapat menembus markas musuhnya dengan leluasa hingga mobil futuristik tak kasat mata dalam Film Animasi Megamind .
Menguak Rahasia Cahaya
Apa kata fisika tentang siluman? Mungkinkah fenomena ini dapat diciptakan dengan pendekatan science? Walaupun identik dengan cerita horor, prinsip invisible sebenarnya sangatlah sederhana.
Sebelum mengubah mahkluk lain menjadi tak kasat mata, mari kita lihat beberapa jenis benda yang memang terlihat invisible, atau dalam bahasa optiknya benda bening. Sifatnya meneruskan seluruh cahaya yang diterimanya sehingga terlihat “tembus pandang”. Benda-benda seperti ini ada disekitar kita. Udara dan air adalah salah satu contohnya.
Jadi, bila “siluman” hanya merupakan salah satu dari fenomena optik, maka langkah paling awal untuk menciptakannya adalah dengan mengenal rahasia cahaya. Sebelum jauh-jauh menyelidiki asal usul siluman, apakah anda tahu, apa yang dimaksud dengan cahaya?
Asal tahu saja, misteri cahaya telah menjadi perdebatan panjang selama berabad-abad. Bahkan seumur hidupnya, ilmuwan besar Newton dan Robert Hooke bertengkar hebat gara-gara hal ini. Dibutuhkan waktu hampir 200 tahun untuk menguak rahasia cahaya. Adalah James Clerk Maxwell yang berhasil melakukannya setelah mengotak-atik eksperimen Faraday tentang medan magnet.
Tersingkapnya jati diri cahaya sebagai gelombang elektromagnet membuka gerbang baru bagi ilmuwan untuk memahami benda transparan. Pada dasarnya, benda-benda padat memiliki kerapatan molekul sangat tinggi sehingga sulit meloloskan cahaya. Sementara benda cair yang lebih renggang jarak antar molekulnya, seperti air dan alkohol akan lebih mudah “tembus pandang”. Wujud gas yang molekul-molekulnya terpisah jauh membuatnya tidak kasat mata karena berhasil meloloskan semua cahaya.
Namun, bukan berarti tak ada harapan bagi benda padat untuk menjadi “siluman”. Rahasia siluman adalah manipulasi cahaya. Cahaya masih dapat lolos dari benda padat yang rapat asalkan atom-atomnya tersusun sedemikian rupa. Kristal dan kaca adalah contohnya. Dalam pembuatan benda seperti ini, suhu di naikkan drastis dalam tekanan tinggi, lalu didinginkan perlahan-lahan sehingga susunan atom-atomnya berubah. Artinya, kunci dari manipulasi cahaya terletak pada level atom.
Antara Siluman Dan Teknologi Nano
Jika benda bening seperti kaca dapat meneruskan seluruh cahaya, dapatkah kita memanipulasi zat lain sedemikian rupa sehingga ia dapat membuat benda yang dibungkusnya juga tembus pandang? Bagaimana logika untuk merancang sebuah jubah Harry Potter yang dapat melindungi pemakainya agar tak terlihat? Inilah perjalanan panjang para ilmuwan untuk merancang zat “siluman” yang diberi nama “metamateri”
Salah satu gagasan untuk melahirkan metamateri adalah dengan cara meminjam teknik Photolithography dalam teknologi semikonduktor. Para insinyur telah lama menanam sirkuit yang berisi ratusan juta transistor dalam lapisan silikon mini seukuran ibu jari dengan teknik ini. Sirkuit tercanggih yang sanggup dibuat manusia hingga saat ini dapat merekayasan jarak hingga sedekat 30 nm, atau 150 buah atom panjangnya. Karena itu, nyata sekali kunci dariinvisibility adalah teknologi nano, sebuah teknologi terbaru yang memungkinkan kita untuk merekayasa susunan atom.
Siluman Dalam Laboratorium
Pada tahun 2007, untuk pertama kalinya para ilmuwan Jerman dan AS, berhasil menciptakan sosok invisible khusus untuk cahaya merah yang memiliki panjang gelombang hingga 780m. Mereka menggunakan kaca yang dilapisi perak super tipis, magnesium fluoride, dan satu lagi lapisan perak sehingga membentuk “sandwich” magnesium fluoride yang hanya setebal 100nm. Kemudian, mereka melubanginya, sehingga 3 lapis sandwich itu membentuk semacam jaring net dengan lubang-lubang selebar 100nm, jauh lebih kecil daripada panjang gelombang cahaya merah.
Naoki Kawakami dari University of Tokyo menemukan cara lain untuk menyulap seseorang tampil laksana roh halus, yaitu dengan bantuan teknologi hologram. Dengan menempatkan kamera di belakang seseorang, lalu merefleksikan gambarnya dibagian depannya dengan bantuan proyektor akan menimbulkan kesan seolah-olah ia seorang manusia”tembus pandang”. Prosesnya tergolong kamuflase optik. Namun dengan teknik ini ia telah menciptakan model “jubah siluman” , walaupun belum sempurna karena sifatnya masih dua dimensi. Versi 3D-nya masih dalam tahap perancangan karena butuh teknologi tinggi untuk memanipulasi sinar laser untuk menghasilkan hologram disekeliling benda.
Masa Depan “Siluman”
Melihat begitu gencarnya penelitian yang dilakukan, para ilmuwan begitu optimis dapat membuat sebuah jubah siluman hanya dalam hitungan tahun. Tahap pertama akan dibuat untuk benda dua dimensi, selanjutnya kemampuannya ditingkatkan untuk membiaskan cahaya pada benda 3 dimensi. Setelah itu akan dicari cara agar benda dapat disembunyikan bukan hanya terhadap cahaya frekuensi tertentu, tetapi beberapa warna sekaligus. Untuk itu, “jubah siluman’ ini dapat dibuat berlapis-lapis, dimana tiap lapisannya memanipulasi satu macam warna.
Aplikasi teknologi ini sangat menjanjikan. Menurut Dr.Soukolis, dari Univeristy of Iowa, penemuan ini dapat diterapkan untuk membuat lensa beresolusi super, yang bahkan sanggup “memotret” molekul DNA dan bagian dalam sel manusia!. Pengembangan selanjutnya, teknologi ini akan memasuki area photonic chrystals yaitu perancangan komputer berbasis cahaya. Kedepannya, komputer optik ini akan menggeser komputer silikon dimasa kini karena dapat menyimpan informasi jutaan kali lebih banyak, tanpa perlu mengkhawatirkan processor yang panas. Wah, kita lihat saja bagaimana kelak “siluman“ buatan fisika ini mengubah peradaban manusia?