Show More
Menu
Image
Prof. Yohanes Surya, Ph.D.

APhOIJSOIPhOKelas SuperTOFIWoPhO

Ayam Anti Penyebar Flu Burung

January 2, 2023
By Admin
0 Comments
Post Image

Flu burung ( Avian Influenza ) baru-baru ini telah menjadi mimpi buruk yang sangat menakutkan bagi peradaban manusia modern. Virus ini tidak hanya menunjukkan taringnya pada wilayah peternakan, tetapi juga telah menelan banyak korban dipihak manusia. Bahkan “monster” super mikro ini juga berhasil menjangkau orang-orang yang tidak punya hubungan apa-apa dengan bisnis peternakan sama sekali. Kuncinya adalah mutasi dan penularan yang sangat cepat.

Tidak mudah memutuskan rantai sebuah epidemi. Vaksinasi dan pengobatan terbukti tidak terlalu efektif ketika berhadapan dengan mutasi virus. Berbagai varian yang lebih berbahaya terus dihasillakn seiring dengan penanganan yang masih tersendat-sendat.

Untunglah kini para ilmuwan berhasil mengembangkan rekayasa genetika pada ayam sehingga dihasilkan ayam yang tidak dapat menularkan virus flu burung pada mahkluk hidup yang lain. Rekayasa ini sangat potensial untuk mencegah penyebaran flu burung dalam peternakan.  Hal ini tak hanya bermanfaat untuk melindungi kesehatan peternakan lokal tetapi juga menurunkan resiko epidemi flu burung yang kemungkinan besar akan bermutasi lagi menjadi virus yang lebih mematikan bagi populasi manusia

Dr.Laurence Tiley, Dosen senior dibidang Virus molekuler dari Departemen kedokteran hewan di Universityof Cambridge, menyatakan bahwa, Ayam merupakan induk semang yang sangat rentan sehingga dapat menjadi jembatan mutasi virus yang menginfeksi manusia. Pencegahan penularan virus pada ayam seharusnya dapat menurunkan dampak ekonomis dari penyakit dan juga mengurangi angka kematian manusia akibat flu burung. Rekayasa genetika yang digambarkan mereka ini merupakan langkah yang nyata untuk kelak mengembangkan ayam-ayam yang benar-benar kebal flu burung. Unggas yang dimiliki di laboratorium masih difokuskan untuk keperluan penelitian, bukan untuk konsumsi.

Profesor Helen Sang, dari Universityof Edinburgh, berkata, ” Hasil yang diperoleh dari penelitian ini sangatlah membesarkan hati. Dengan menggunakan rekayasa genetika untuk memperkenalkan perubahan genetik yang tak dapat dicapai dengan perkembangbiakan alami, kami mendemonstrasikan cara efektif untuk menjaga kesehatan hewan di industri peternakan. Pekerjaan ini juga merupakan dasar pengembangan ekonomi dan perlindungan konsumsi makanan diberbagai belahan dunia yang selama ini telah diresahkan oleh epidemi flu burung”

Untuk memproduksi ayam jenis ini, para ilmuwan dari Cambridge dan Edinburgh memperkenalkan gen baru yang menjadi bahan baku dari molekul “jebakan” kecil yang dapat meniru elemen konrol penting pada virus flu burung. Molekul ini menjebak virus untuk salah menggunakannya dalam proses menggandakan diri sehingga siklus perkembangbiakan virus dikacaukan.

Ketika ayam hasil rekayasa ini terinfeksi flu burung, mereka tetap sakit , tetapi mereka tidak akan menularkan penyakit itu pada teman-temannya yang lain.

Dr Tiley melanjutkan, “ Jebakan ini meniru bagian yang sangat esensial pada gen virus yang identik juga dengan semua varian influenza A. Kami mengharapkan supaya jebakan ini juga bekerja melawan semua varian flu burung sehingga virus tersebut akan sulit melarikan diri dari efeknya. Metode ini benar-benar berbeda dari pada vaksinasi secara konvensional  yang memerlukan update terbaru pada evolusi virus. Vaksinasi hanya sanggup melindungi dari infeksi virus varian terdekatnya sehingga belum tentu efektif mencegah mutasi virus yang menyebar dipeternakan.”

Prof. Douglas Kell, sang pemimpin eksekutif dari BBSRC berkomentar , “Penyakit menular pada peternakan merupakan ancaman besar pada keamanan makanan global. Patogen potensial seperti flu burung melompat pada manusia sehingga menjadi pandemi yang menduduki peringkat atas pada ancaman keamanan nasional. “

Penelitian ini merupakan angin segar yang membawa harapan baru bagi dunia yang kerap dicengkeram oleh ancaman epidemi yang menakutkan. Bila kelak ayam kebal flu burng dapat  dihasilkan, barangkali anda penasaran bagaimana rasanya ketika di konsumsi.

Penelitian ini di sponsori oleh Biotechnology and Biological Sciences Research Council (BBSRC) dan dipublikasikan dalam jurnal Science

http://www.sciencedaily.com/releases/2011/01/110113141601.htm

 

Leave a reply